Kami mempraktikkan pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan pengembangan yang bertanggung jawab sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan kami dan dibuat berlandaskan pada keseimbangan antara aspek-aspek triple bottom line. Kami berusaha untuk menjadi perusahaan pangan berbasis agribisnis kelas dunia yang meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan alam dengan memastikan kemakmuran dan pertumbuhan bisnis kami tidak merugikan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di sekitar operasi kami.
Keberhasilan kami sebagai sebuah grup dapat dicapai jika masyarakat sekitar wilayah operasional kami dapat hidup sehat dan sejahtera, karyawan menikmati tempat kerja yang aman, adil, dan merata, dan lingkungan di dalam dan sekitar area operasional kami terjaga dalam kondisi yang baik. Bagi kami, arti dari triple bottom line adalah mempertahankan keseimbangan antara kemakmuran usaha, planet, dan manusia, karena ketiganya saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, kami berkomitmen pada praktik bisnis bertanggung jawab yang mengharuskan Perusahaan mempertimbangkan faktor etika, lingkungan, dan sosial dalam upaya mendapatkan keuntungan. Kami juga berkomitmen untuk mempromosikan kesadaran lingkungan di dalam dan di luar organisasi kami. Upaya kami untuk menciptakan kesadaran lingkungan bagi pihak eksternal antara lain sebagai berikut:
Untuk menunjukkan komitmen kami dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan, kami telah memberlakukan Prosedur Operasi Standar (SOP) yang berdasarkan kepada praktik terbaik agronomi berkelanjutan yang mempromosikan penggunaan pengomposan, penerapan predator biologis untuk mengendalikan hama dan penyakit, dan kepatuhan yang ketat kepada persyaratan RSPO. Hal ini termasuk komitmen kami untuk berdiskusi dengan seluruh pemangku kepentingan mengenai masalah lingkungan dan dampak lingkungan dari kehadiran kami di wilayah mereka. Selain itu, kami telah menerapkan SOP untuk pengelolaan konservasi dan beberapa program Keterlibatan dan Pengembangan Masyarakat. Mengikuti standar tata kelola kami, kami berkomitmen bahwa semua praktik dipantau dan dilaporkan secara teratur. Untuk keterlibatan masyarakat dan program pembangunan, kami berkomitmen untuk berdiskusi dengan para pemangku kepentingan mengenai isu-isu lingkungan, hal ini dikarenakan berkaitan dengan wilayah mereka. Sebagai contoh, mengenai perencanaan kami untuk membatasi area pemulihan SKT, yang sebelumnya didiskusikan dan dikonsultasikan dengan para pemangku kepentingan.
Kami menyadari pentingnya pelaporan ESG yang transparan untuk membantu konsumen dan investor membuat keputusan yang tepat. Kami mengikuti pedoman pelaporan ESG yang ditetapkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) untuk memastikan bahwa kami menjunjung tinggi komitmen yang dibuat dalam kebijakan keberlanjutan kami. Selain pemantauan yang dilakukan oleh tim kami, kami berkomitmen untuk melibatkan assuror Laporan Keberlanjutan untuk memberikan assurance eksternal yang independen dan imparsial, serta untuk memberikan jaminan dan keahlian dalam memoderasi dan memverifikasi Laporan Keberlanjutan kami. Dalam empat tahun terakhir, kami menunjuk TUV Rheinland Indonesia untuk memberikan penjaminan eksternal atas Laporan Keberlanjutan kami.
Untuk menerapkan komitmen kami dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya, kami mengambil kebijakan untuk memasukkan 15% dari kinerja manajemen, termasuk di tingkat Direksi, untuk menghubungkan dengan target inisiatif ESG dalam program Pengembangan Bertanggung Jawab kami. Setiap karyawan dan anggota Direksi harus berkontribusi pada setidaknya dalam satu program inisiatif yang berkaitan dengan ESG. Dalam program Responsible Development, kami telah mengimplementasikan berbagai program yang telah memberikan dampak yang baik seperti: pemisahan sampah, daur ulang sampah plastik sebagai bahan konstruksi, ekowisata Belitung, pertanian sayuran di Papua, micro banking (koperasi simpan) untuk warga Papua, integrasi rantai pasokan dengan memfasilitasi pembentukan koperasi transport dimana perusahaan menyerahkan truk pengangkut kepada warga dan banyak program lainnya. Jika target program pengembangan dan pelaksanaan tidak tercapai, maka hal ini akan mengurangi penilaian kinerja kerja para anggota Direksi, yang kemudian akan mengurangi bonus tahunan berdasarkan kinerja mereka. Jumlah pengurangan bonus diperkirakan setidaknya setara dengan 1 atau 2 bulan gaji.